Tuesday 25 November 2014

Keindahan Panorama di Jalur Pendakian Gunung Papandayan

 

BAB I
Pendahuluan

Hobi merupakan suatu kegiatan yang bisa bersifat rutinitas atau sesekali. Banyaknya jenis hobi yang dilakukuan setiap manusia merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Katakan saja hobi mendaki gunung yang merupakan kegiatan yang cukup ekstrim, karena hobi tersebut memerlukan kondisi fisik dan mental yang kuat untuk bisa mengahadapi medan berat ketika mendaki gunung. Selain kondisi fisik dan mental, pentingnya peralatan gunung yang di gunakan pendaki merupakan faktor pendukung untuk keselamatan dan kenyamanan seorang pendaki. Karena itu banyak outlet – outlet yang menawarkan perlengakapan outdor. Peminatnya juga dari anak muda hingga orang tua. Anak muda masa kini juga banyak yang penasaran dengan hobi mendaki tersebut, ada yang hanya ikut -ikutan karena melihat suatu film yang bertema mendaki gunung, ada juga yang ingin mengukur kemampuan fisik dan mentalnya dengan mendaki, dan yang terakhir memang sudah hobinya mendaki. Namun, semua alasan tersebut tidak membuat mereka patah semangat untuk mencoba olahraga yang satu ini. Kebanyakan orang yang berdomisili di kota – kota besar memilih menekuni hobi ini karena berdampingan dengan alam bebas yang tidak mereka temukan di kota – kota yang semakin penuh dengan lautan gedung – gedung pencakar langit. Gunung memang menjadi salah satu destinasi menarik, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung aktif dengan menawarkan panorama indah yang memanjakan mata. Contohnya gunung yang sering disebut cocok untuk seseorang yang baru menjajaki hobi mendaki, yaitu Gunung Papandayan. Gunung ini memiliki ketinggian 2.665 di atas permukaan laut. Gunung yang pernah meletus di tahun 2002 ini menjadi objek wisata yang tidak asing lagi bagi turis lokal maupun asing.


BAB II
ISI

            Jumat pagi yang sedikit mendung menjadi awal perjalanan saya untuk mendaki gunung. Kondisi fisik yang tidak terlalu ramah membuat saya memutuskan untuk melakukan perjalan perdana ini. Jarum jam telah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Carrier yang telah saya persiapkan beberapa hari sebelumnya akan menjadi teman perjalanan saya kali ini. Perjalanan ini memang tidak biasa bagi saya, karena saya harus berjalan dengan mencurahkan tenaga dan bersiap mental untuk beberapa jam mencapai gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Angin pagi yang sejuk membuat saya bersemangat menjalani perjalanan ini. Saya dan satu orang teman saya bersiap dari Depok. Untuk sampai ke Garut melalui terminal Lebak Bulus. Perjalanan tidak benar – benar pukul 07.00 pagi menuju terminal Lebak Bulus, singkat kata saya berangkat pukul 10.30 dan sampai di terminal Lebak Bulus pukul 11.20 pagi. Bus Primajasa adalah jembatan saya untuk sampai ke terminal Gutur, Garut. Saya bersabar menunggu kehadiran bus tersebut di Terminal walaupun teriknya matahari saat itu tak tertahankan, untunglah saya berteduh di bawah pohon yang rindang sembari menunggu, setelah ditunggu cukup lama akhirnya ia datang juga. Perjalanan yang saya tempuh memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Hujan pun mulai turun ketika saya sampai di terminal Guntur Garut, tapi perjalanan belum selesai dampai disini, saya harus menumpang angkutan umum yang akan membawa saya sampai di Cikajang. Suasana lembab akibat hujan yang cukup deras membuat saya tidak nyaman berada di dalam angkutan yang berhenti cukup lama, lalu ada seorang bapak-bapak yang tidak peduli merokok didalam angkutan umum membuat saya jengah berada di dalam angkutan. dengan kesal saya mengipas – ngipas sengaja menggunakan slayer supaya asap rokok tersebut tidak menyeruak ke belakang, akhirnya sang istri yang nampaknya juga mengerti pun menegurnya. Dengan lega saya akhirnya bisa bernafas normal menghirup udara segar yang ada di Garut. Perjalan menuju Cikajang cukup lama, estimasi saya sekitar 45 menit hingga 1 jam. Penderitaan bukan sampai disini saja karena supir dan kenek memaksa sekitar 16 orang dalam satu mobil yang bisa dibilang kecil dengan kursi yang layaknya kursi mobil pribadi bukan seperti kebanyakan angkutan umum lainnya. Selama perjalanan itu saya berusaha bertahan di dalam angkutan umum tersebut. Akhrinya saya sampai di Cikajang. Hujan yang deras dan hari mulai gelap membuat saya dan teman saya meneduh di depan Matrial, sembari menunngu hujan saya memustuskan untuk melengkapi kebutuhan yang akan dibawa saat mendaki esok pagi. Saya pun akhirnya berujung memasuki Mini Market, disana terlihat banyak rombongan yang terpisah menjadi 3 berkumpul di halaman depan Mini Market. Dengan lantang saya mengulurkan tangan untuk mencari kawan seperjalanan menumpang Pick up yang selanjutnya menjadi angkutan terakhir saya menuju kaki Gunung Papandayan. Setelah melengkapi kebutuhan dan mendapat teman untuk bergabung menyewa pick up, hari sudah semakin gelap dan hujan pun semakin deras, menjadi kekhawatiran bagi saya ketika membayangkan jalur pendakian yang licin akibat hujan yang sangat deras. Buru- buru saya tepis rasa khawatir itu dengan mengatur perlengkapan yang ada di Carrier. Waktu telah menunjukkan pukul 07.00 malam. Hujan sepertinya bersikeras turun dengan deras ini tidak bisa berhenti sejenak, namun waktu terus berjalan seiring kami menunggu, akhirnya pukul 07.30 saya dan rombongan lain memutuskan untuk menaiki pick up yang telah kami sewa untuk 8 orang. Perjalanan malam dan hujan yang cukup deras menjadi bumbu perjalan saya kali ini. Musim hujan merupakan salah satu faktor juga dalam perjalanan kali ini. Tapi hal itu tidak menyurutkan para pendaki untuk mencapai puncak gunung Papandayan. Singkat kata kami tiba di kaki gunung pukul 08.15 malam. Lalu kami bermalam di salah satu warung dan mendaki esok pagi. Kami pun terlelap dan berusaha untuk mengembalikan stamina untuk perjalanan besok.


            Keesokkannya pukul 06.30 langit pagi terlukis biru dan cerah saya dan tim baru bersiap – siap untuk memulai pendakian. Di kaki gunung sudah banyak pendaki yang baru sampai pagi itu, parkiran yang semalam sunyi sepi berubah menjadi ramai penuh dengan manusia. Nampaknya mereka melewati hujan deras dengan cuaca mencekik semalam. Beruntung sekali kami mengalami pengalaman tersebut. Setelah berdoa kami mulai mendaki, tanjakan pertama, saya disuguhi dengan jalan bebatuan membuat saya harus beradaptasi dengan jalan tersebut. Perasaan terengah- engah karena tidak terbiasa membuat saya sering terhenti menghela nafas. Saya pun berusaha mengendalikan nafas supaya tidak terlalu terengah – engah. Jalan bebatuan masih menjadi teman saya berpijak. Perjalanan sampai hutan mati yang membuat saya mengeluarkan tenaga ekstra karena jalan yang lumayancuram, perjalanan terasa melelahkan dan semakin berat karena banyaknya bebatuan besar yang sewaktu – waktu bisa berguling kebawah dan mengenai seseorang. Saya harus ekstra hati – hati untuk keselamatan saya dan kawan yang berada di bawah saya. Pukul 10.07 akhirnya tiba di Hutan Mati, banyaknya batang pohon yang menghitam dan tampak masih kokoh berdiri memenuhi kawasan Hutan ini, tak heran di beri nama dengan Hutan Mati. Pemandangan dari sini terlihat indah, matahari yang terik menyinari dengan terang kwasan ini. Saya yang terengah – engah akibat beban di punggung tak sanggup berdiri lama memikul Carrier. Dengan lemah saya menghempaskan Carrier tersebut di atas bebatuan dan terlelap sejenak di atasnya.  Mendaki memang dibutuhkan kesabaran dan tenaga yang ekstra terutama dengan membawa beban di pundak sebesar 60L. Buru – buru saya tepis rasa khawatir dan kembali focus dengan tujuan saya mendaki. Pejalanan dilanjutkan ke tempat perkemahan yaitu Pondok Saladah. Gunung – gunung yang menghiasi pemandangan alam yang menakjubkan beserta hutan-hutan yang tidak begitu belantara dikarenakan tempat tersebut tempat pendaki mendirikan tenda. setelah mendirikan tenda saya dan kawan- kawan memulai memasak untuk makan siang, perut sudah tidak bisa ditolerir. di tengah kehangatan teman baru saya dan kawan- kawan menghabiskan waktu menunggu esok pagi untuk menuju puncak Papandayan.

Berikut Foto - fotonya :



suasana yang cukup ramai, banyak pendaki yang baru datang dan bersiap mendaki


Berdoa dulu sebelum memulai pendakian :)


trek bebatuan yang saya lewati ( Saya di depan dan teman saya Zakya )



 
Perjalanan dilanjutkan menuju Hutan Mati.


Hutan Mati






            Langit yang masih gelap menunujukkan pukul 03.30 dini hari. Bintang –  bintang yang bertaburan di atas kepala sangat indah menjadi pemandangan saya kali ini. Suhu yang dingin juga membuat saya tidak ingin lama – lama berdiam diri. Setelah berdoa kepada yang maha kuasa supaya diberi keselamatan dan kemudahan saya bersiap mendaki. Perjalanan awal kami disungguhkan dengan tanjakan, jalan yang semakin menanjak dan suhu yang semakin dingin membuat saya cepat terengah – engah. Perjalanan yang di tempuh selama 2 jam akhirnya membuahkan hasil, saya tiba di Tegal Alun, Puncak gunung Papandayan pada pukul 05.30, tak lupa saya mengucap syukur kapada Tuhan atas izinnya saya bisa sampai dengan selamat sampai ke puncak Tegal Alun. Saya dan kawan – kawan dengan cepat mangabadikan foto – foto, sayangnya, hamparan bunga Edelweis yang belum mekar, tetapi tetap menjadi pemandangan yang indah, lembah –lembah dan hutan – hutan yang mengelilingi puncak Tegal alun. Tidak bisa berlama – lama saya pun akhirnya turun ke Pondok Saladah untuk makan siang dan bersiap – siap turun menuju kaki gunung.
Pondok Saladah


trek menuju puncak Papandayan, Tegal Alun
 


 
Pemandangan di Tegal Alun, puncak Papandayan
 

Foto bersama :)

Saya berfoto dengan latar belakang Bunga Edelweis yang belum mekar hehe.

BAB III

PENUTUP
Setiap perjalanan pasti ada pesan dan kesan yang bisa menjadi pembelajaran dan evaluasi dalam diri kita, terutama dalam pesan moral. Selain menenangkan pikiran dan bersenang - senang, ada beberapa hal yang bisa saya ambil dari pendakian, yang pertama, menghargai sesama mahluk hidup. Kata hidup bukan hanya menunjuk kepada manusia saja tetapi juga kepada Tumbuhan dan Hewan yang sepatutnya kita jaga habitatnya. Kedua, belajar tanggung jawab pada diri sendiri dan sekelilingnya, bagaimana menjaga alam tersebut agar tetap bersih dan sehat untuk Floradan Fauna. Dan yang ketiga dalam hal mendaki, kesabaran dan kerendahan hati yang menjadikan seseorang bisa menginjakkan kakinya di puncak gunung. Selain stamina dan mental yang baik. Semoga perjalanan saya bermanfaat dan bisa dijadikan referensi perjalanan anda selanjutnya atau tempat rekreasi yang bisa dijangkau jika anda tidak memiliki waktu yang banyak. Jika ada kesalahan dalam menulis dan kurang berkenan mohon di maafkan. (:


PS: ada beberapa foto yang diambil oleh Ibnu dan Saya.