A. Entrepreneurship
Entrepreneurship adalah
keinginan nyata seorang individu, yang berasal dari diri mereka sendiri, dari dalam
atau luar organisasi yang ada, untuk menemukan dan menciptakan peluang ekonomi baru.
[ WennekersdanThurik
(1999)]
B. RuangLingkup & proses
terbentuknya kewirausahaan
1.
Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi,
studi mengenai kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang terdapat
pada peran serta membahas fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan
kombinasi sumber daya ekonomis sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian berkembang dalam disiplin ilmu
lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu
psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian
wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada pengaruh
dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan masyarakat wirausaha.
Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau terdapat perbedaan sudut
pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan
sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan kewirausahaan serta sebab akibatnya
pada tingkat mikro dan makro. Dengan demikian adalah wajar jika studi
kewirausahaan dengan penekanan keilmuan yang berbeda itu pada akhirnya akan
saling berhubungan dan memengaruhi.
Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti
dan belum terdapat satu pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero,
1982). Ini menunjukkan perkembangan teori ini masih dalam perjalanan panjang
serta dari adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia diharapkan memberi banyak
masukan bagi peneliti.
Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah menarik
perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana mereka terbentuk. Bagian ini
menjelaskan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tersebut
antara lain: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, terdapat
acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang dipadukan oleh
teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan ini,
intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.
1.
Kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut
pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan
yang dikemukakan oleh para ahli, wirausaha dapat dipandang dari berbagai sudut
dan konteks, yaitu ahli ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog dan
pemodal.
Ø Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang
yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga
kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang
memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya.
Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal dan
keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa.
Ø Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan,
material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses
produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru (Marzuki
Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi
unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme,
dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Ø Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35),
wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi
resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess
(1993 : 35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan, mengelola dan
berani menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah
orang yang menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara
menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah
ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono
(1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko
yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang
usaha.
Ø Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan
kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka
bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Ø Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan
kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan
sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yang disenangi
masyarakat.
2. Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990),
tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan
terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak melaui proses
yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari
tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja,
dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena
sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya hambatan yang
dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya
menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain,
menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi
seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak
bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau
penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka
mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah
dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga
kelalngsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausahaa muncul
karena dengan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri
sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka
usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan
mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa
aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif,
misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya
dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper
back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif
tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tersebut.
3. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi
wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut
dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang
tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam
mencapai tujuan (goal directed behavior).
Diawali dari adanya dorongan need,
kemudian goal directed behavior,
hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena
adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang
bersangkutan (wirausaha).
Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan
adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan tertentu, yang
ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kacamata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan
berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed
behavior. Sedangkan goal tujuannya
adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidup wirausaha.
Jenis Outcome Expectancy
Menurut
bandura (1986) ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang
diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif
tersebut adalah:
a. Insentif
primer
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan
kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik,
dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat
kekurangan, seperti kurang makan/minum.
b. Insentif
sensoris
Beberapa
kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat
di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkan insentif sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau berupa stimulus baru
untuk dilihat atau orang dewasa yang bermain musik untuk memperoleh umpan balik
sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.
c. Insentif
sosial
Manusia akan
melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan
sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih
berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang
berasal dari satu individu.
d. Insentif
yang berupa token ekonomi
Token ekonomi
adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah,
kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh
masyarakat menggunakan uang sebagai insentif. Hal ini disebabkan dengan uang,
individu dapat memperoleh hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari
pelayanan jasa hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lain-lain.
e. Insentif
yang berupa aktivitas
Teori-teori
mengenai reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis,
mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan
atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui
bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif
yang tersendiri pada individu.
f.
Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian
besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan status
kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan
kesempatan kepadnya untuk mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol
atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka
dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain.
Keuntungan yang khas ini membawa individu berusaha keras untuk mencapai posisi
yang memberikan kekuasaan.
g. Insentif
berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini
berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya.
Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri
seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu
bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang
yang merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja
sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha
segenap potensinya dapat tersalurkan.
Jadi ada
insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi
wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, insentif status dan
pengaruh, dan insentif terpenuhinya standar iinternal.
4.
Tujuan
Pembentukan Wirausaha
Teori-teori
diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi
wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke
empat teori tersebut saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut
dapat menjadi model tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan
tersebut adalah:
a. Deficit
equilibrium
Seseorang
merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untk mengatasinya.
Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa
ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan
lain-lain). Deficit equilibrium dapat
pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat
tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan
dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982).
b. Pengambilan
keputusan menjadi wirausaha
Perasaan
kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi
alternatif pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual,
kapasitas informasi yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat
aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat
besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan untuk menjadi
wirausaha.
c. Goal
Directed Behavior
Keputusan
menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia
miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai
pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika
melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan
sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman,
1973).
d. Pencapaian
Tujuan
Seperti
dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan
menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika
seseorang melaukan kegiatan tertentu.
5.
Peran
Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana
peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan
mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya
dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang
wirausaha lebih memiliki streetsmart
daripada booksmart, maksudnya adalah
seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar
dari buku dan pendidikan formal (booksmart).
Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar
maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya
jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk berhasil.
Terhadap
pendangan di atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini,
menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha.
Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah
karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga
tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber
kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi
miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan
pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut
Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik
S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena
memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang
lebih luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai
manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk
menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang
memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan
merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa
pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki
potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang
kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan
dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan
disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau
teori sebagai landasan berpikir.
6.
Faktor-faktor
pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai dan
status keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) dan insentif,
sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).