BAB I
Pendahuluan
Hobi
merupakan suatu kegiatan yang bisa bersifat rutinitas atau sesekali. Banyaknya
jenis hobi yang dilakukuan setiap manusia merupakan hal yang menarik untuk
dilakukan. Katakan saja hobi mendaki gunung yang merupakan kegiatan yang cukup
ekstrim, karena hobi tersebut memerlukan kondisi fisik dan mental yang kuat
untuk bisa mengahadapi medan berat ketika mendaki gunung. Selain kondisi fisik
dan mental, pentingnya peralatan gunung yang di gunakan pendaki merupakan
faktor pendukung untuk keselamatan dan kenyamanan seorang pendaki. Karena itu
banyak outlet – outlet yang menawarkan perlengakapan outdor. Peminatnya juga
dari anak muda hingga orang tua. Anak muda masa kini juga banyak yang penasaran
dengan hobi mendaki tersebut, ada yang hanya ikut -ikutan karena melihat suatu
film yang bertema mendaki gunung, ada juga yang ingin mengukur kemampuan fisik
dan mentalnya dengan mendaki, dan yang terakhir memang sudah hobinya mendaki.
Namun, semua alasan tersebut tidak membuat mereka patah semangat untuk mencoba
olahraga yang satu ini. Kebanyakan orang yang berdomisili di kota – kota besar
memilih menekuni hobi ini karena berdampingan dengan alam bebas yang tidak
mereka temukan di kota – kota yang semakin penuh dengan lautan gedung – gedung
pencakar langit. Gunung memang menjadi salah satu destinasi menarik, karena
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung aktif dengan menawarkan
panorama indah yang memanjakan mata. Contohnya gunung yang sering disebut cocok
untuk seseorang yang baru menjajaki hobi mendaki, yaitu Gunung Papandayan. Gunung
ini memiliki ketinggian 2.665 di atas permukaan laut. Gunung yang pernah
meletus di tahun 2002 ini menjadi objek wisata yang tidak asing lagi bagi turis
lokal maupun asing.
BAB II
ISI
Jumat pagi yang sedikit mendung
menjadi awal perjalanan saya untuk mendaki gunung. Kondisi fisik yang tidak
terlalu ramah membuat saya memutuskan untuk melakukan perjalan perdana ini. Jarum
jam telah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Carrier yang telah saya persiapkan beberapa
hari sebelumnya akan menjadi teman perjalanan saya kali ini. Perjalanan ini
memang tidak biasa bagi saya, karena saya harus berjalan dengan mencurahkan
tenaga dan bersiap mental untuk beberapa jam mencapai gunung Papandayan yang
terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Angin
pagi yang sejuk membuat saya bersemangat menjalani perjalanan ini. Saya dan
satu orang teman saya bersiap dari Depok. Untuk sampai ke Garut melalui terminal
Lebak Bulus. Perjalanan tidak benar – benar pukul 07.00 pagi menuju terminal
Lebak Bulus, singkat kata saya berangkat pukul 10.30 dan sampai di terminal
Lebak Bulus pukul 11.20 pagi. Bus Primajasa adalah jembatan saya untuk sampai
ke terminal Gutur, Garut. Saya bersabar menunggu kehadiran bus tersebut di
Terminal walaupun teriknya matahari saat itu tak tertahankan, untunglah saya
berteduh di bawah pohon yang rindang sembari menunggu, setelah ditunggu cukup
lama akhirnya ia datang juga. Perjalanan yang saya tempuh memakan waktu sekitar
3 jam lebih. Hujan pun mulai turun ketika saya sampai di terminal Guntur Garut,
tapi perjalanan belum selesai dampai disini, saya harus menumpang angkutan umum
yang akan membawa saya sampai di Cikajang. Suasana lembab akibat hujan yang
cukup deras membuat saya tidak nyaman berada di dalam angkutan yang berhenti
cukup lama, lalu ada seorang bapak-bapak yang tidak peduli merokok didalam
angkutan umum membuat saya jengah berada di dalam angkutan. dengan kesal saya
mengipas – ngipas sengaja menggunakan slayer supaya asap rokok tersebut tidak
menyeruak ke belakang, akhirnya sang istri yang nampaknya juga mengerti pun
menegurnya. Dengan lega saya akhirnya bisa bernafas normal menghirup udara
segar yang ada di Garut. Perjalan menuju Cikajang cukup lama, estimasi saya
sekitar 45 menit hingga 1 jam. Penderitaan bukan sampai disini saja karena
supir dan kenek memaksa sekitar 16 orang dalam satu mobil yang bisa dibilang
kecil dengan kursi yang layaknya kursi mobil pribadi bukan seperti kebanyakan
angkutan umum lainnya. Selama perjalanan itu saya berusaha bertahan di dalam
angkutan umum tersebut. Akhrinya saya sampai di Cikajang. Hujan yang deras dan
hari mulai gelap membuat saya dan teman saya meneduh di depan Matrial, sembari
menunngu hujan saya memustuskan untuk melengkapi kebutuhan yang akan dibawa
saat mendaki esok pagi. Saya pun akhirnya berujung memasuki Mini Market, disana
terlihat banyak rombongan yang terpisah menjadi 3 berkumpul di halaman depan
Mini Market. Dengan lantang saya mengulurkan tangan untuk mencari kawan
seperjalanan menumpang Pick up yang selanjutnya menjadi angkutan terakhir saya
menuju kaki Gunung Papandayan. Setelah melengkapi kebutuhan dan mendapat teman
untuk bergabung menyewa pick up, hari sudah semakin gelap dan hujan pun semakin
deras, menjadi kekhawatiran bagi saya ketika membayangkan jalur pendakian yang
licin akibat hujan yang sangat deras. Buru- buru saya tepis rasa khawatir itu
dengan mengatur perlengkapan yang ada di Carrier. Waktu telah menunjukkan pukul
07.00 malam. Hujan sepertinya bersikeras turun dengan deras ini tidak bisa
berhenti sejenak, namun waktu terus berjalan seiring kami menunggu, akhirnya
pukul 07.30 saya dan rombongan lain memutuskan untuk menaiki pick up yang telah
kami sewa untuk 8 orang. Perjalanan malam dan hujan yang cukup deras menjadi
bumbu perjalan saya kali ini. Musim hujan merupakan salah satu faktor juga
dalam perjalanan kali ini. Tapi hal itu tidak menyurutkan para pendaki untuk
mencapai puncak gunung Papandayan. Singkat kata kami tiba di kaki gunung pukul
08.15 malam. Lalu kami bermalam di salah satu warung dan mendaki esok pagi.
Kami pun terlelap dan berusaha untuk mengembalikan stamina untuk perjalanan
besok.
Keesokkannya pukul 06.30 langit pagi
terlukis biru dan cerah saya dan tim baru bersiap – siap untuk memulai
pendakian. Di kaki gunung sudah banyak pendaki yang baru sampai pagi itu,
parkiran yang semalam sunyi sepi berubah menjadi ramai penuh dengan manusia.
Nampaknya mereka melewati hujan deras dengan cuaca mencekik semalam. Beruntung
sekali kami mengalami pengalaman tersebut. Setelah berdoa kami mulai mendaki,
tanjakan pertama, saya disuguhi dengan jalan bebatuan membuat saya harus
beradaptasi dengan jalan tersebut. Perasaan terengah- engah karena tidak
terbiasa membuat saya sering terhenti menghela nafas. Saya pun berusaha
mengendalikan nafas supaya tidak terlalu terengah – engah. Jalan bebatuan masih
menjadi teman saya berpijak. Perjalanan sampai hutan mati yang membuat saya
mengeluarkan tenaga ekstra karena jalan yang lumayancuram, perjalanan terasa melelahkan dan semakin berat karena banyaknya
bebatuan besar yang sewaktu – waktu bisa berguling kebawah dan mengenai
seseorang. Saya harus ekstra hati – hati untuk keselamatan saya dan kawan yang
berada di bawah saya. Pukul 10.07 akhirnya tiba di Hutan Mati, banyaknya batang
pohon yang menghitam dan tampak masih kokoh berdiri memenuhi kawasan Hutan ini,
tak heran di beri nama dengan Hutan Mati. Pemandangan dari sini terlihat indah,
matahari yang terik menyinari dengan terang kwasan ini. Saya yang terengah –
engah akibat beban di punggung tak sanggup berdiri lama memikul Carrier. Dengan
lemah saya menghempaskan Carrier tersebut di atas bebatuan dan terlelap sejenak
di atasnya. Mendaki memang dibutuhkan
kesabaran dan tenaga yang ekstra terutama dengan membawa beban di pundak
sebesar 60L. Buru – buru saya tepis rasa khawatir dan kembali focus dengan
tujuan saya mendaki. Pejalanan dilanjutkan ke tempat perkemahan yaitu Pondok Saladah. Gunung – gunung yang menghiasi pemandangan alam yang menakjubkan
beserta hutan-hutan yang tidak begitu belantara dikarenakan tempat tersebut
tempat pendaki mendirikan tenda. setelah mendirikan tenda saya dan kawan- kawan
memulai memasak untuk makan siang, perut sudah tidak bisa ditolerir. di tengah
kehangatan teman baru saya dan kawan- kawan menghabiskan waktu menunggu esok
pagi untuk menuju puncak Papandayan.
Berikut Foto - fotonya :
![]() |
suasana yang cukup ramai, banyak pendaki yang baru datang dan bersiap mendaki |
![]() |
Berdoa dulu sebelum memulai pendakian :) |
![]() | ||||
trek bebatuan yang saya lewati ( Saya di depan dan teman saya Zakya )
|
Langit yang masih gelap menunujukkan
pukul 03.30 dini hari. Bintang – bintang
yang bertaburan di atas kepala sangat indah menjadi pemandangan saya kali ini. Suhu
yang dingin juga membuat saya tidak ingin lama – lama berdiam diri. Setelah berdoa
kepada yang maha kuasa supaya diberi keselamatan dan kemudahan saya bersiap
mendaki. Perjalanan awal kami disungguhkan dengan tanjakan, jalan yang semakin
menanjak dan suhu yang semakin dingin membuat saya cepat terengah – engah. Perjalanan
yang di tempuh selama 2 jam akhirnya membuahkan hasil, saya tiba di Tegal Alun,
Puncak gunung Papandayan pada pukul 05.30, tak lupa saya mengucap syukur kapada
Tuhan atas izinnya saya bisa sampai dengan selamat sampai ke puncak Tegal Alun.
Saya dan kawan – kawan dengan cepat mangabadikan foto – foto, sayangnya, hamparan bunga
Edelweis yang belum mekar, tetapi tetap menjadi pemandangan yang indah, lembah –lembah dan
hutan – hutan yang mengelilingi puncak Tegal alun. Tidak bisa berlama – lama saya
pun akhirnya turun ke Pondok Saladah untuk makan siang dan bersiap – siap turun
menuju kaki gunung.
![]() |
Pondok Saladah |
![]() |
trek menuju puncak Papandayan, Tegal Alun |
Pemandangan di Tegal Alun, puncak Papandayan |
Foto bersama :) |
Saya berfoto dengan latar belakang Bunga Edelweis yang belum mekar hehe. |
BAB III
PENUTUP
Setiap perjalanan
pasti ada pesan dan kesan yang bisa menjadi pembelajaran dan evaluasi dalam diri kita, terutama dalam pesan moral. Selain menenangkan pikiran dan bersenang -
senang, ada beberapa hal yang bisa saya ambil dari pendakian, yang pertama, menghargai
sesama mahluk hidup. Kata hidup bukan hanya menunjuk kepada manusia saja tetapi
juga kepada Tumbuhan dan Hewan yang sepatutnya kita jaga habitatnya. Kedua,
belajar tanggung jawab pada diri sendiri dan sekelilingnya, bagaimana menjaga
alam tersebut agar tetap bersih dan sehat untuk Floradan Fauna. Dan yang ketiga
dalam hal mendaki, kesabaran dan kerendahan hati yang menjadikan seseorang bisa
menginjakkan kakinya di puncak gunung. Selain stamina dan mental yang baik.
Semoga perjalanan saya bermanfaat dan bisa dijadikan referensi perjalanan anda
selanjutnya atau tempat rekreasi yang bisa dijangkau jika anda tidak memiliki
waktu yang banyak. Jika ada kesalahan dalam menulis dan kurang berkenan mohon
di maafkan. (: PS: ada beberapa foto yang diambil oleh Ibnu dan Saya.